ARTIKEL SENAM LANTAI
Senam lantai & akrobat
Bagi orang
kebanyakan, nama capoeira masih terasa asing. Meski bisa jadi pernah
melihatnya, suatu saat entah di mana. Seni beladiri ini mendunia dengan
bergerilya melalui film-film Hollywood atau permainan video playstation.
Cirinya
segera terlihat dari gerakan kuda-kuda yang khas, disebut ginga
(dibaca: jinga). Kedua kaki maju bergantian dengan tangan mengayun
sebatas dada. Sekilas, gerakannya mirip pogo, tarian penggemar musik
ska, yang beken di kalangan anak muda dua-tiga tahun lalu.
Saat
memperagakan "jurus-jurus" atau bertarung, gerakan kaki capoeirista
tampak lebih dominan. Sering posisi kepala lebih rendah, hingga tubuh
bertumpu pada tangan. Banyak pula gerakan yang merupakan variasi dari
lompatan atau salto, hingga terlihat seperti perpaduan antara senam
lantai dan akrobat.
Dalam pertarungan, gerakan akrobatik
digunakan sebagai dasar serangan. Sedang pukulannya bisa dilakukan
dengan kepala, tangan, siku, lutut, atau kaki. Pada pertarungan bawah
(ground fighting), capoeira dapat memberi tekanan berarti, meski tidak
terlalu dapat memberi kuncian.
Tak seperti beladiri lain,
capoeira tidak terlalu banyak melakukan gerakan tangan. Tidak pula
mengenal senjata dalam pertarungan. Jika ada tongkat atau parang yang
digunakan, itu bagian dari tari maculele. Tarian tradisional Brazil yang
kadang dimainkan capoerista.
Pertarungan jadi tampak seperti adu
akrobatik, capoeira pun jadi layak ditonton sebagai hiburan. Maklum,
gerakan dasarnya memang tarian. Pemain begitu bebas berekspresi dan
melakukan variasi gerakan. Terasa wajar pula jika kemudian ada yang
meragukan keampuhannya dalam pertarungan gaya bebas, bila dibandingkan
dengan beladiri dari Asia seperti karate atau taekwondo.
Namun,
tak semua orang setuju dengan pendapat itu. Paul Andrew Zellinger Steven
(19), instruktur capoeira di Jakarta Selatan justru merasa menemukan
kebebasan. "Kita bisa memadukan gerakan apa pun seindah mungkin. Tidak
akan cepat bosan, lebih dinamis," kata penyuka berbagai olahraga
beladiri itu.
Suasana dinamis semakin terasa saat peragaan
pertarungan di roda (hoda), arena berbentuk lingkaran. Selagi bertarung,
sesama capoeirista di sekeliling arena akan bernyanyi sambil bertepuk
tangan diiringi berimbau, alat musik berbentuk busur berdawai tunggal.
Nada-nada khasnya terasa mistis di tengah bunyi alat perkusi lain
seperti atabaque (konga), pandero (tamborin), dan agogo (mirip pipa
berbentuk "u" vertikal).
Peran musik, terutama berimbau, dalam
hoda begitu sentral karena ia menentukan tempo nyanyian, yang juga
menentukan pula sifat pertarungan, apakah keras atau bersahabat.
Filosofinya, alat dari kayu bariba itu adalah "sentral" capoeira.
Agar
komplet, capoeirista juga wajib melahap filosofi capoeira, yang banyak
disarikan dari pola gerakan. Ajaran ini juga banyak diserap dari
capoeira asli, atau disebut capoeira angola, yang masih hidup
berdampingan dengan capoeira regional atau modern. Gerakan, musik,
nyanyian, dan filosofi merupakan materi yang harus dikuasai untuk
menentukan kenaikan "tingkat".
Sejarah Singkat
Menurut
asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya:
"untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet
yang telanjang". Dalam abad Yunani kuno, senam dilakukan untuk menjaga
kesehatan dan membuat pertumbuhan badan yang harmonis, dan tidak
dipertandingkan. Baru pada akhir abad 19, peraturan-peraturan dalam
senam mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Pada awal
modern Olympic Games, senam dianggap sebagai suatu demonstrasi seni
daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur.
Menurut
Menke G. Frank dalam Encyclopedia of Sport, as Bannes and Company, New
York, 1960, senam terdiri dari gerakan-gerakan yang luas/banyak atau
menyeluruh dari latihan-latihan yang dapat membangun atau membentuk
otot-otot tubuh seperti : pergelangan tangan, punggung, lengan dan lain
sebagainya. Senam atau latihan tersebut termasuk juga : unsur-unsur
jungkir balik, lompatan, memanjat dan keseimbangan.
Sedang
Drs. Imam Hidayat dalam bukunya Penuntun Pelajaran Praktek Senam, STO
Bandung, Maret 1970 menyatakan, "Senam ialah latihan tubuh yang
diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematik dan dilakukan
secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis".
Olahraga
senam sendiri ada bermacam-macam, seperti : senam kuno, senam sekolah,
senam alat, senam korektif, senam irama, turnen, senam artistik. Secara
umum senam memang demikian adanya, dari tahun ke tahun mengalami
penyempurnaan dan semakin berkembang. Yang dulunya tidak untuk
dipertandingkan, namun sejak akhir abad 19 mulai dipertandingkan.
Dibentuklah wadah senam internasional, dengan nama Federation
International de Gymnastique (FIG), yang mengelola antara lain :
1. Senam Artistik (Artistic Gymnastics).
2. Senam Ritmik (Modern Rhytmic).
Senam Artistik serta perkembangannya di Indonesia
Lahirnya
senam artistik di Indonesia yaitu pada saat menjelang pesta olahraga
Ganefo I di Jakarta pada tahun 1963, yang mana setiap artistik merupakan
salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan, untuk ini perlu
dibentuk suatu organisasi yang berfungsi menyiapkan para pesenamnya.
Organisasi ini dibentuk pada tanggal 14 Juli 1963 dengan nama PERSANI
(Persatuan Senam Indonesia), atas prakarsa dari tokoh-tokoh olahraga
se-Indonesia yang menangani dan mempunyai keahlian pada cabang olahraga
senam. Promotornya dapat diketengahkan tokoh-tokoh dari daerah seperti :
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara. Wadah
inilah kemudian telah membina dan menghasilkan atlet-atlet senam yang
dapat ditampilkan dalam Ganefo I dan untuk pertama kalinya pula
pesenam-pesenam Indonesia menghadapi pertandingan Internasional.
Kegiatan selanjutnya adalah mengikut sertakan tim senam dalam rangka
Konferensi Asia Afrika I dan dalam Ganefo Asia, dimana untuk
mempersiapkan atlet-atlet Indonesia ini dipanggil pelatih-pelatih senam
dari RRC, maka dengan demikian Indonesia mengalami kemajuan dalam
prestasi olahraga senam. Tetapi sangat disayangkan bahwa harapan yang
mulai tumbuh harus berhenti sementara oleh karena suasana politik yaitu
saat meletusnya G 30 S/PKI, sehingga pelatih-pelatih dari RRC harus
dikembalikan ke negaranya.
Usaha
untuk mengejar ketinggalan ini maka pada tahun 1967 dikirim seorang
pelatih Indonesia yaitu : Sdr. T. J. Purba ke Jerman Timur untuk sekolah
khusus pelatih senam artistik selama 26 bulan. Kemudian sebagai titik
tolak yang kedua adalah dimasukkannya cabang olahraga senam artistik
yang pertama kalinya dalam Pekan Olahraga Nasional (PON VII/1969) di
Surabaya, dan kemudian untuk seterusnya dimasukkan dalam setiap
penyelenggaraan PON.
Pengertian Senam
Senam
adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga
tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga
lainnya.Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur
hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak
yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian
anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti :
kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan ketepatan.
Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan
terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.
Pada
tingkat sekolah atau yunior pertandingan dapat dibatasi pada
nomor-nomor tertentu, biasanya senam lantai dan kuda-kuda lompat.
Pertandingan tingkat Nasional dan Internasional bagi pria terdiri dari 6
(enam) nomor yakni : senam lantai, kuda-kuda lompat, kuda-kuda pelana,
palang sejajar, palang tunggal, dan gelang-gelang. Sedang bagi wanita
ada 4 (empat) nomor : senam lantai, kuda-kuda lompat, balok
keseimbangan, dan palang bertingkat.
Penilaian
diberikan oleh 4 (empat) orang wasit yang dipimpin oelh seorang wasit
kepala. Setiap peserta pertandingan harus melakukan 2 (dua) macam
rangkaian pada setiap nomor atau alat, satu rangkaian wajib (yang telah
ditentukan terlebih dahulu) dan satu rangkaian pilihan atau bebas
masing-masing. Nilai seseorang adalah rata-rata dari dua nilai tengah
dengan membuang nilai tertinggi dan nilai terendah dari 4 (empat) orang
wasit. Pesenam dengan nilai akumulasi tertinggi menjadi juara ke I dalam
kategori serba bisa, tertinggi kedua menjadi juara ke II dan
seterusnya.
Juara
regu ditentukan dengan penjumlahan 5 (lima) nilai terbaik dari 6 (enam)
anggota regu dan setiap alat. 6 (enam) peserta terbaik dari semua atlet
turut dalam pertandingan final pada tiap-tiap atlet dan nilai akhir
yaitu rata-rata dari rangkaian bebas/pilihan dan wajib terdahulu
disatukan dengan nilai rangkaian bebas/pilihan dalam final. Nilai ini
menentukan urutan pemenang tiap alat.
Para
wasit memberikan nilai pada waktu bersamaan. Nilai maksimum adalah :
10,000. Hukuman-hukuman diberikan dengan pengurangan nilai pada
pelaksanaan yang salah, penguasaan yang kurang baik, dibantu orang lain,
jatuh dari alat atau melampaui batas waktu. Selain itu dinilai pula
faktor kesulitan gerak dan penampilan estetikanya. Besar pengurangan
nilai adalah persepuluhan. Peraturan penilaian direvisi setiap 2 (dua)
tahun. Semua gerakan mempunyai faktor kesulitan yaitu : A, B dan yang
tersukar adalah C. Rangkaian latihan biasaya terdiri atas sikap-sikap
statis yang memerlukan tenaga yang besar disambung dengan
gerakan-gerakan berirama y agn sesuai. Sementara sejumlah berntuk gerak
memerlukan kekuatan yang lain memerlukan mobilitas atau keterampilan.
Senam lantai
Biasanya
merupakan nomor pertama dalam pertandingan atas pertimbangan kesempatan
bagi para pesenam untuk juga berlaku sebagai pemanasan karena
gerakan-gerakannya tidak memerlukan tenaga otot yang luar biasa. Nomor
ini mungkin merupakan tontonan yang paling mengasyikkan dibanding dengan
alat-alat lain meskipun sebenarnya relatif berkembang paling baru.
Untuk pertama kali nomor ini sebagai nomor perseorangan dalam Olympiade
1932 dan bagi wanita baru 20 tahun kemudian.
Senam
lantai sangat populer terutama bagi penyelenggaraan secara massal yang
dapat diikuti oleh ribuan peserta bersama-sama. Gerakan-gerakannya dapat
dikerjakan secara seragam dan membentuk formasi-formasi yagn menarik
dan mengesankan. Di negeri kita sekarang sedang digalakkan apa yang
disebut senam pagi Indonesia.
Lantai
pertandingan berukuran 12 m2 dalam ruang yang berukurang 14 m2 dilapisi
karpet kenyal setebal 0,045 m. Pria tampil dalam waktu 70 detik dan
wanita dengan diiringi musik 90 detik. Keduanya bertujuan untuk
memberikan kesan kepada para wasit dengan rangkaian urutan dari berbagai
lompatan, putaran, keseimbnagan dicampur dengan unsur-unsur lonjakan
dan akrobatik. Gerakan-gerakan yang menekankan tenaga harus dilakukan
secara lambat dan sikap statis sekurang-kurangnya 2 detik.
Gerakan-gerakan salto harus dikerjakan setinggi bahu.
Peralatan Senam Artistik
Ukuran alat
1. Bentuk putera ada 6 (enam) alat :
- Floor exercise (lantai)
Ukuran 12x12 m
- Pommel horse (kuda-kuda pelana)
Panjang 1.60 m
Tinggi 1.10 m
- Rings (gelang-gelang)
Tinggi 2.55 m
Jarak 0.50 m
- Horse vault (kuda-kuda lompat)
Panjang 1.60 m
Tinggi 1.35 m
- Parallelbar (palang sejajar)
Panjang 3.50 m
Jarak 0.48 s/d 0.52 m
Tinggi 1.75 m
- Horizontal bar (palang tunggal)
Panjang 2.40 m
Tinggi 2.55 m
2. Untuk puteri ada 4 (empat) alat :
- Horse vault (kuda-kuda lompat)
Panjang 1.60 m
Tinggi 1.20 m
- Uneven bars (palang bertingkat)
Panjang 2.40 m
Tinggi palang bawah 1.50 m
Tinggi palang atas 2.30 m
- Balance beam (balok keseimbangan)
Panjang 5.00 m
Tinggi 1.20 m
- Floor exercise (lantai)
Ukuran 12 x 12 m
Peraturan Umum Senam Artistik
1. Kejuaraan beregu (Kompetisi I)
- Setiap regu terdiri dari 6 (enam) pesenam putera/puteri.
- Terdiri dari rangkaian wajib dan rangkaian pilihan, pada putera 6 (enam) alat, puteri 4 (empat) alat.
- Juara beregu (Kompetisi I) adalah regu dengan jumlah nilai terbanyak, dari jumlah 5 (lima) pesenam
terbaik pada masing-masing alat untuk rangkaian wajib dan rangkaian pilihan.
Nilai maksimum untuk putera adalah : 12 nomor pertandingan x 50 = 600 (wajib dan pilihan) 6 nomor
pertandingan x 50 = 300 (pilihan)
Nilai maksimum untuk puteri adalah : 8 nomor pertandingan x 50 = 400 (wajib dan pilihan) 4 nomor
pertandingan x 50 = 200 (pilihan)
2. Kejuaraan perorangan serba bisa (Kompetisi II)
- Peserta finalis diambil dari 36 pesenam terbaik dari hasil kompetisi I, atau 1/3 dari jumlah peserta.
- Dibatasi 3 (tiga) pesenam dari tiap negara/daerah
- Hanya melakukan rangkaian pilihan :
* untuk putera 6 (enam) alat
* untuk puteri 4 (empat) alat
- Juara perorangan serba bisa (Kompetisi II) adalah pesenam dengan jumlah nilai terbanyak dari nilai
rata-rata pada Kompetisi I (wajib & pilihan), ditambah dengan nilai kompetisi II pada seluruh alat.
Nilai maksimum untuk putera = 120
Nilai maksimum untuk puteri = 80
3. Kejuaraan perorangan per alat (Kompetisi III)
- Peserta finalis diambil dari 8 (delapan) pesenam terbaik dari hasil kompetisi I pada alat tersebut.
- Dibatasi 2 (dua) pesenam dari tiap negara/daerah, dan hanya 3 (tiga) alat yang boleh diikuti oleh
seorang pesenam
- Hanya melakukan rangkaian pilihan :
* untuk putera 6 (enam) alat
* untuk puteri 4 (empat) alat
- Juara perorangan per alat (kompetisi III) adalah pesenam dengan jumlah nilai terbanyak dari nilai
rata-rata pada kompetisi I (wajib dan pilihan) ditambah dengan nilai kompetisi III pada
masing-masing alat.
Nilai maksimum untuk putera maupun puteri = 20.
TEKNIK SENAM LANTAI
1. Guling Depan (Forward Roll)
Guling
depan adalah guling yang dilakukan ke depan. Adapun langkah-langkah
untuk melakukan guling ke depan adalah sebagai berikut.
a. Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan.
b. Angkat kedua tangan ke depan, bungkukkan badan, letakkan kedua telapak tangan di atas matras.
c. Siku ke samping, masukkan kepala di antara dua tangan.
d. Sentuhkan bahu ke matras.
e. Bergulinglah ke depan.
f. Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut.
g. Sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak.
2. Guling Belakang (Backward Roll)
Langkah_langkah guling belakang bulat yaitu sebagai berikut.
a. Jongkok, tekuk kedua siku tangan menghadap ke atas di dekat telinga, dagu dan lutut tarik ke dada.
b. Guling badan ke belakang hingga bahu menyentuh matras, lutut dan dagu tetap mendekat dada, telapak tangan di dekat telinga.
c. Bahu menyentuh matras, kedua telapak tangan menyentuh matras, gerakkan kaki untuk dejatuhkan ke belakang kepala.
d. Jatuhkan ujung kaki ke belakang kepala.
e. Dorong lengan ke atas.
f. Jongkok dengan lengan lurus ke depan.
3. Gerakan Lenting
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan lenting tengkuk adalah sebagai berikut.
a. Sikap Awal
Berdiri
tegak dengan kedua kaki rapat dan kedua lengan diangkat lurus ke atas.
Sambil membungkukkan badan, tetakkan kediua tangan di matras kira-kira
satu langkah dari kaki. Setelah itu letakkan tengkuk di antara kedua
tangan sambil mengambil sikap guling depan. Kedua kaki dijaga agar tetap
lurus.
b. Pelaksanaan
Ketika posisi untuk guling depan tercapai,
segeralah mengguling ke depan. Saat tubuh sudah berada di atas kepala,
kedua kaki segera dilecutkan lurus ke depan sambil dibantu oleh kedua
tangan yang mendorong badan dengan menekan matras. Lecutan ini
meyebabkan badan melenting ke depan.
c. Sikap Akhir
Ketika
layangan selesai, kedua kaki segera mendatar. Badan tetap melenting dan
kedua lengan tetap terangkat lurus. Akhirnya , berdiri tegak.
4. Sikap Kayang
Caranya
adalah sikap berdiri membelakangi matras dengan kedua kaki agak dibuka
dan kedua tangan diayunkan ke belakang, ke atas secara perlahan hingga
kedua telapak tangan menempel pada matras. Kemudian secara perlahan
berdiri tegak.
5. Sikap Lilin
Sikap lilin adalah tidur
terlentang, dengan dilanjutkan mengangkat kedua kaki lurus ke atas
(rapat) bersama-sama. Pinggang ditopang oleh kedua tangan, sedangkan
pundak teta menempel pada lantai.
sumber : janulius-dlyord.blogspot.com
Stikes konawe
Selasa, 22 Januari 2013
sejarah farmasi
Sejarah Lahirnya Farmasi dan Sejarah Farmasi di Indonesia
lebih khusus lagi dikenali sebagai saydanah merupakan satu bentuk profesi yang mulanya agak asing dari dunia kedokteran. Pada abad ke-9, dunia Arab dan Islam telah berhasil membangun jembatan ilmu yang menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia farmasi moderen sekarang ini. Malah tahap ilmu yang diperoleh daripada Yunani khususnya terus ditingkatkan dan usaha ini diteruskan hingga ke abad ke-13 melalui berbagai karya, terjemahan ataupun peningkatan ilmu pada zaman-zaman berikutnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, farmasi dipraktekkan secara terpisah dari profesi medis yang lain. Puncak sumbangan dunia Arab-Islam dalam farmasi dicapai dengan siapnya satu panduan praktikum farmasi pada tahun 1260.
Tulisan
berjudul Minhaj itu adalah hasil karya Abu’l-Muna al-Kohen al-Attar
dari Mesir. Al-Attar seorang ahli farmasi berpengalaman. Dalam Minhaj,
al-Attar menuliskan pengalaman hidupnya serta ilmu dalam seni apotek,
atau seni meracik ubat. Sebahagian besar buku itu menguraikan tentang
etika farmasi, salah satu topik penting dalam sejarah profesi
kesehatan.
Sementara itu, di
kota-kota seperti Baghdad, profesi farmasi dipraktekkan dengan rapi
sehingga ahli farmasi mendapat perlindungan dan sanjungan daripada
pemerintah serta pengguna ketika itu. Melalui penyebaran perdagangan
dunia Islam yang kian pesat, dan daya tarik bahan rempah-rempah dan
bahan obat-obatan, menjadikan kedudukan profesi farmasi khususnya, dan
kesihatan pada umunya di dunia Arab semakin meningkat. Dan sebenarnya
bidang farmasi Barat adalah berasal daripada farmasi Arab dan Islam.
Aspek dan pengaruh Arab ini tidak ditulis oleh penulis barat pada
sejarah perubatan umumnya dan sejarah farmasi khususnya. Sedangkan pada
hakikatnya prestasi sains dan budaya dunia Arab begitu banyak
mempengaruhi profesi serta sumbangan pustaka farmasi di barat yang ada
hingga hari ini.
Sayangnya,
kurang daripada satu abad selepas al-Attar, praktek farmasi mulai beku
dan kaku, dan terus merosot dengan jatuhnya peradaban Arab pada abad
ke 19. Sejak dari itu, farmasi mula berkembang dengan pesatnya di
Eropah khususnya dan Barat umumnya.
TOKOH ARAB DAN ISLAM YANG UTAMA
Yuhanna b. Masawayh (777 – 857)
Beliau
adalah anak seorang ahli farmasi (dikenali sebgai apoteker). Beliau
terkenal melalui tulisannya dalam bahasa Arab tentang meteria medica
dan rawatan. Salah satu daripadanya berjudul al-Mushajjar al-Kabir yang
menyusun daftar penyakit serta obat-obatnya dan juga pola makanan yang
berkaitan. Malah beliau menyatakan bahwa para dokter yang boleh
menyembuhkan penyakit dengan hanya melalui pengaturan pola makan tanpa
penggunaan ubat adalah yang paling berjaya dan beruntung. Masawayh juga
mengusulkan penggunaan beberapa tumbuhan terkenal untuk meningkatkan
sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Beliau menyeru para dokter
agar menggunakan hanya satu obat untuk satu penyakit berdasarkan
prinsip empiriks dan analogi.
Bahan
yang banyak digunakan dalam terapi perubatan Arab adalah kamfora.
Menurut Masawayh bahan ini berasal dari China dan dibawa ke Arab
melalui perdagangan dengan India dan Parsi. Menurutnya lagi, sandalwood
iaitu bahan yang digunakan untuk menghasilkan minyak wangi, baik yang
jenis kuning, putih atau merah juga datang dari India. Bahan-bahan
seperti ini digunakan dalam sediaan farmasi Islam pada abad ke-8 (atau
lebih awal lagi) dan lewat ini istilah farmasi terbentuk dalam Islam.
Misalnya, kata-kata seperti al-Saydanani ataupun al-Saydalani yang berarti dia yang menjual atau yang berkaitan dengan sandalwood, sedang perkataan saydanah bermaksud farmasi.
Pada
masa itu, Masawayh dikenal sebagai dokter dari beberapa khalifah, di
ibukota Abbasiah selama hampir empat dekade. Beliau juga merupakan
dokter Islam yang pertama mendirikan sekolah kolej farmasi swasta Arab.
Abu Hasan Ali bin Sahl Rabban al-Tabari
Beliau
dilahirkan pada 808, sahabat dari Masawayh. Pada usia 30 tahun beliau
diperintahkan untuk ke kota Samarra oleh Khalifah Mu’tasim (833-842)
untuk mengabdi sebagai dokter. Tabari menulis banyak buku kedokteran,
yang terkenal adalah Syurga Hikmah yang membicarakan tentang
tingkah laku manusia, kosmologi, embriologi, psikoterapi, kebersihan,
pola makan dan penyakit (akut dan kronik) serta cara merawatnya. Buku
ini juga memuat kisah-kisah kedokteran abstrak serta petikan dari
referens yang berbahasa India. Bukunya juga mengandung beberapa bab
tentang meteria medika, makanan biji-bijian, kegunaan terapeutik hewan
serta organ-organ burung dan juga campuran obat-obatan termasuk cara
membuatnya.
Tabari
juga menyarankan agar nilai terapeutik setiap obat digunakan
berdasarkan tujuan-tujuan tertentu dan dokter harus pandai membuat
pilihan yang terbaik. Beliau pernah menguraikan dengan terperinci
penggunaan sesuatu bahan sebagai bahan terapeutik, termasuk cara-cara
menyimpannya sambil memperingatkan tentang bahaya yang ada pada bahan
tersebut. Contohnya peringatan terhadap penggunaan satu mithqal (lebih
kurang 4 gram) candu bisa menyebabkan tidur ataupun maut.
Sabur b. Sahl
Beliau merupakan orang pertama menulis formula pertama dalam sejarah Islam. Formula ini dikenali sebagai Agradadhin.
Sabur meninggal dunia pada 869. Dalam tulisannya, beliau memberikan
resep kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik obat, tindakan
farmakologinya, dosis-dosisnya untuk setiap sekali pengunaan.
Formula-formula ubat ini disusun berdasarkan jenis sediaan: tablet,
serbuk, salap, sirup dan sebagainya. Banyak dari resep-reses ini
menunjukkan persamaan dengan dokumen dari Asia Barat dan Yunani-Roman.
Formula
ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi apakah di apotik ataupun di
hospital. Oleh itu, hampir selama 200 tahun formula ini digunakan
sebagai panduan ahli farmasi di seluruh dunia Islam. Tulisan Sabur ini
merupakan satu langkah penting dalam sejarah farmakope dan banyak
disalin serta ditiru dalam buku kedokteran Arab selanjutnya.
Zayd Hunayn b. Ishaq al-Ibadi (809-873)
Sumbangan
beliau tidak kurang pentingnya kepada praktek farmasi dan kedokteran
Arab. Beliau adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar ke
Baghdad, yang pada masa itu merupakan pusat pendidikan Islam terpenting
untuk mengikuti pendidikan dalam perawatan. Beliau kemudian ke Syria,
Mesir dan negara sekitarannya untuk mendalami lagi latihannya. Setelah
beliau kembali ke Baghdad, beliau sudah mahir tentang asal-usul
perubatan Yunani khususnya yang diterjemahkan dalam Bahasa Syria.
Hunayn
memainkan peranan yang penting dalam penterjemahan atau penentuan
ketepatan terjemahan yang dilakukan (termasuk penulis Hippocrate, Gelen
dan penulis Yunani lain) di samping menulis buku-bukunya sendiri.
Sumbangannya menjadi lebih terasa pada tahun 830, Khalifah al-Ma’mun
mendirikan satu institusi sains (bait al-Hikmah) untuk tujuan
penyelidikan dan penterjemahan bahan-bahan Yunani ke dalam bahasa Arab.
Hunayn menjadi pembimbing pusat kajian ini dan dalam masa 40 tahun,
beliau menterjemahkan dan mewujudkan istilah serta rangkaian kata yang
digunakan untuk tujuan praktek kedokteran dan pengajaran.
Antara
buku dan tulisan Hunayn adalah tentang aspek kebersihan mulut, pecuci
dan penggunaan bahan-bahan pergigian. Beliau terkenal sebagai penulis
Arab pertama yang melakukan hal ini. Beliau juga yang menemukan
bahan-bahan makanan dan minuman yang dianggap dapat merusak gigi.
Hunayn juga mengusulkan pembersihan gigi, khususnya selepas makan
seperti yang dianjurkan dalam kedokteran moderen. Tulisannya yang lain
termasuklah tentang nilai gizi dan pemakanan, tentang mandi, terapi
gizi secara umum dan juga tentang bunga mawar serta obat-obatan
tertentu.
Sejarah Kefarmasian di Indonesia
Farmasi
sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru
dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman
penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa
pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat
lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat.
Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi
Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah
yang sangat sedikit.
Tenaga
apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria,
Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di
Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan
didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di
Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan
pada masa perang kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi
perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa selanjutnya.Dewasa ini
kefamasian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang
cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan
teknologi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia
dengan dukungan teknologi yang cukup modern telah mampu memproduksi
obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan distribusi yang cukup
luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional telah dapat
dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri
Demikian
pula peranan profesi farmasi pelayanan kesehatan juga semakin
berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya
Selintas Sejarah Kefarmasian Indonesia
1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan
Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker
semasa pemerintahan Hindia Belanda.
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.
3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada
periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis,
dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan
kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan
terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang
dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau
mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini,
terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan
ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat
berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu,
penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari
impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan
baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak
memenuhi persyaratan standar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa
peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan dengan
kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :
(1) Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
(2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang
(3) Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada
periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah
kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek
darurat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain ditetapkan :
(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan
(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan
(2) Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963.
Sedangkan
berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara
lain :
(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,
(2) Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1
Pebruari 1964, dan
(3) Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada tahun 1963, sebagai
realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional
(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).
sumber :anggier92chaerunnisa.blogspot.com/.../sejarah-farmasi-duni..
Langganan:
Postingan (Atom)